Ruteng, FN – Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kabupaten Manggarai bekerja sama dengan Yayasan Plant Internasional Indonesia (YPII) mengadakan training ketahanan iklim.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Drs Yos Jehalut ini berlangsung di aula Dharma Wanita kabupaten Manggarai, Senin (28/8/2023).
Dalam sambutannya kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Yos Jehalut menerangkan, dalam konteks ketahanan iklim kita berpikir sederhana seperti apa itu implementasi ketahanan iklim.
“Dimana-mana terjadi kecemasan dan keresahan dan dari data-data juga hampir menampilkan ada sebuah ancaman kedepan akibat perubahan iklim yang ekstrim,”ungkapnya.
Ancaman -ancaman ini kata Kadis Yos Jehalut ada didepan mata kita semua. Meski begitu harusnya ada kegiatan antisipasi yang harus dilakukan.
“Pertanyaannya salah siapa. Misalnya Debit air semakin berkurang.Karena mestinya itu bagian partisipasi dari pada kita semua. Kami juga di PMD tidak bosan-bosannya mengerakan partisipasi masyarakat”ujarnya.
Dalam kaitannya dengan ketahanan iklim lainnya, Yos Jehalut menjelaskan, ada pihak NGO, akademisi atau lembaga lainnya coba melakukan upaya reboisasi penanaman kembali tanah -tanah yang sudah gundul atau memanfaatkan kembali lahan-lahan tidur.
“Peran pemerintah sudah ada untuk menggerakkan,mesinnya itu ada pada masyarakat,”tutupnya.
Sementara itu di tempat yang sama, ketua TP PKK kabupaten Manggarai Meldyanti Hagur Marselina menjelaskan, tahun lalu TP PKK kabupaten Manggarai didampingi YPII sudah mulai persiapan untuk ketahanan iklim dan melakukan studi banding ke Banyumas.
“Beberapa tahun lalu Banyumas pernah mengalami darurat sampah. Sampah di pasar kita saja informasi dari DLH hampir 4 ton per hari, belum yang rumah tangga,”ujarnya.
Hal yang dilakukan terkait studi banding di Banyumas jelasnya, pertama-tama mengunjungi tempat buah-buahan yang biasanya terdapat banyak lalat.
“Ketika di cek ke tempat buah, ternyata betul di sana tidak ada lalat. itu saja dulu, sangat sederhana,”terangnya.
Kemudian lanjutnya, di Banyumas juga terdapat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). TPS 3R di Banyumas juga sudah terbentuk hampir di semua titik.
“Jadi di Banyumas hampir tidak ada persoalan tentang sampah. Tapi tetap ada residu, residu yang paling sulit adalah sampah pampers dan pembalut wanita”lanjutnya.
Dijelaskan Meldyanti ,TPS 3R ini adalah, Reduce, Reuse, Recycle. Maksud dari langkah 3R ini jelasnya yaitu mengurangi penggunaan produk yang nantinya berpotensi menjadi sampah.
Kunjungan studi banding lainnya kata Meldyanti, yakni dua tempat yang terdapat dua TPS 3R di Jogyakarta.
“Di TPS yang pertama, sudah terbentuk namun belum ada tempat pengolahan sampah dan belum cocok dengan kondisi kita di Manggarai. Namun ketika berada di TPS satunya, tepatnya TPS JIAAT, di situ baru kami paham yang terdapat 3R atau tempat pengolahan sampah”jelasnya.
Menurut Meldyanti, setelah berdiskusi dengan pemilik TPS diperoleh informasi bahwa jenis TPS 3R ini dibentuk oleh nasabah sampah. Kalau nasabah sampahnya adalah warung, maka TPS 3R akan mengolah sampah menjadi pupuk organik.
Namun kata Dia, menjadi persoal karena di wilayah kabupaten Manggarai menurut pihak DLHD khususnya di kecamatan langke Rembong, pemerintah belum memiliki lahan yang tepat.
“saya sudah keliling ke daerah Poco Mal dan Bangka Leda untuk lihat, di mana tempat yang cocok untuk TPS 3R ini, karena TPS 3R itu harus memiliki kelompok swadaya masyarakat,”paparnya.
Kegiatan ini juga katanya, sebagai gerakan awal pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat di kabupaten Manggarai.
“Karena anggaran APBN tidak bisa turun ke daerah kita. Anggaran untuk TPST tidak bisa diturunkan dari pusat karena KSM kita untuk kelolah sampah belum terbentuk tadi dan hari ini saya ajak banyak gabungan organisasi wanita, karena ikut dalam kegiatan, karena kapasitas kami di TP PKK terbatas, lalu berikutnya biar spektrumnya luas karena kita akan bicarakan soal sampah dan sanitasi,”tutupnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini kelompok organisasi Dharma Wanita Persatuan, Bhayangkari, Persit Kartika Chandra Kirana, konsorsium Disabilitas, Yayasan Plant Internasional Indonesia serta undangan lainnya. (FN)