Ruteng, FN – Dari arah timur kota Ruteng, sinar mentari terbit bersama sejuta mimpi akan kerinduan sosok sang pemimpin.
Di kota yang berhawa dingin itu tersemai nama sederet figur yang bergulir mengitari bursa pilkada Manggarai 2024 mendatang.
Satu nama dari sederet figur itu menyedot perhatian, memantik rasa penasaran, hingga beribu pertanyaan.
Bagaimana tidak, dia merupakan sosok anak petani yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana.
Kehidupan masa kecil hingga biaya pendidikanya bersumber dari hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Dia adalah Karolus Mance, putra kelahiran kampung Ri’i, desa Bea Mese, kecamatan Cibal.
Anak ke dua dari sembilan bersaudara itu merupakan buah hati Ibu Lusia Simat dan Bapak Petrus Enggo.
Konon, ayah dari alumni SDK Ri’i itu merupakan seorang kepala desa di Kecamatan Cibal.
Ayahnya pernah menjabat sebagai kepala desa di Desa Bea Mese dan Desa Lando.
Sederhana bak kisah Presiden Joko Widodo, begitulah secarik informasi penting nan menarik yang pernah dikisahkan oleh sebagian orang tentang pria tamatan SMPN 1 Pagal itu.
Terkesima akan kisah-kisahnya, timbulah tekad merangkai kata-kata picisan, menganyam cerita berbingkai tentang alumni SMAN 2 Langke Rembong itu.
Tanpa bertele-tele, mantan Camat Cibal Barat itu berkenan ditemui ketika wartawan menghubunginya.
“Tabe ase, iyo dengan hati gembira, nanti kontak kalau ke kantor. Tabe. (Permisi adik, iya dengan hati gembira, nanti kontak kalau ke kantor. Permisi),” ujarnya melalui pesan WhatsApp pada Selasa (11/7).
Dari pesan yang ia kirim itu, nampak calon Bupati Manggarai yang satu ini sangat santun dan welcome diajak ngobrol.
Bisa jadi ini salah satu bagian dari talenta kepemimpinannya, iyah kan? Hihihihi !!!
Semenjak menerima pesan darinya, malam itu sederet pertanyaan mulai bergumam melintasi pikiran hingga mengundang ngantuk, lalu menarik selimut, dan tidur.
Saat subuh mulai meremang hingga mentari memercikan sinarnya di pagi hari, sederet pertanyaan pun sudah siap menjamu diskusi bersama alumni Kampus Undana Kupang itu.
Sekira pukul 10.00 Wita di pagi yang cerah itu, perlahan sepeda berkayuh menapaki pinggir jalan raya kota Ruteng dari arah barat menuju Kantor Bupati Manggarai, tempat Karolus Mance berkantor saat ini.
Di Kantor Bupati Manggarai, diskusi hari itu diawali dengan cerita tentang kehidupan orang Manggarai di masa lalu, masa kini, dan kemungkinan di masa mendatang.
Tak lupa ia menawarkan segelas kopi hangat sebagai pemantik diskusi dalam pertemuan itu.
Sembari bersandar di kursi empuk Kantor Bupati Manggarai, lalu menyeruput kopi, dan sesekali menghisap sebatang rokok, saya mulai menyimak setiap kata demi kata yang diucap pria lulusan S2 Kampus Widyagama Malang itu.
Ia pribadi yang pembawaannya rileks, ramah, komunikatif, dan santun. Lalu gerak-geriknya saat berbicara menunjukan pribadi yang berisi dan berkelas.
Selain itu, pemikirannya sangat realistis dan logis. Ketika berbicara, sesekali ia menyinggung beberapa teori dari buku-buku yang pernah dibacanya.
Lewat diskusi itu, alhasil saya jadi mengenal lebih dalam sosok Karolus Mance, salah satu figur yang digadang-gadang jadi calon Bupati Manggarai tahun 2024.
Karolus Mance lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang serba kekurangan. Namun kekurangan itu dijelmanya menjadi sebuah energi besar untuk selalu kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
“Harus selalu menyukuri setiap pekerjaan dan rejeki yang diterima,” ujarnya.
Sejak kecil, Karolus diajarkan orangtuanya untuk selalu melakoni hidup dengan tulus dan penuh kejujuran.
“Dalam kehidupan keluarga, orang tua selalu mendidik untuk tidak mengambil milik orang lain. Dalam istilah Manggarai, eme data, data muing. Neka daku ngong data,” imbuh dia.
Semenjak selesai kuliah, Karolus memilih menjadi seorang aparatur sipil negara (ASN). Dan selama menjadi seorang ASN, tercatat ia pernah mengabdi di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Kabupaten Manggarai, dan Kantor Gubernur NTT.
Karolus mengawali karir ASN dengan jabatan Staf di Biro Pemerintahan dan Biro Ekonomi Propinsi NTT.
Pada tahun 1992, ia pindah ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Di sana ia menduduki beberapa jabatan, seperti Penjabat Kepala Perwakilan Kecamatan Pembantu Biboki Utara, Kasubag Penyaringan Informasi Bagian Humas Setda, Kasubag Kelembagaan Bagian Organisasi, Sekretaris Camat Insana, Camat Insana, Sekretaris Dinas sosial, dan Sekretaris Dinas Kehutanan.
Sementara selama di Kabupaten Manggarai, ia pernah mengabdi sebagai seorang camat di Kecamatan Cibal Barat.
Saat ini ia menduduki posisi Kabag Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Manggarai.
Karir Karolus sebagai seorang birokrat tulen tak luput dari sorotan prestasi.
Selama di Kabupaten TTU, ia pernah membawa kecamatan yang dipimpinnya menjuarai lomba kebersihan antara kecamatan.
Lalu selama tiga tahun berturut-turut, kecamatan yang dipimpinnya juga menduduki urutan ke dua dalam lomba pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Selain itu, nama Karolus terkenal dengan terobosan 12 Agustus sebagai hari budaya bagi masyarakat di Kecamatan Insana, Kabupaten TTU.
Hingga saat ini, setiap 12 Agustus masyarakat di Kecamatan Insana selalu menggelar karnaval budaya yang melibatkan seluruh etnis desa maupun kelurahan.
Terakhir, ia menjadi sutradara pembebasan kawasan hutan untuk pembangunan Universitas Negeri Timor, dengan menggunakan mekanisme tukar-menukar kawasan.
Bergeser ke Kabupaten Manggarai, selama menjabat sebagai Camat Cibal Barat, mantan birokrat Kabupaten TTU itu selalu berhasil menyelesaikan konflik sosial pertanahan.
Diantaranya adalah masalah tanah antara Kampung Meda dan Golowoi, masalah tanah Desa Compang Cibal, dan masalah tanah garapan di Desa Latung dan Desa Wae Renca.
Selanjutnya ia berhasil membuka jalan baru di ibu kota kecamatan, lalu berkoordinasi dengan PDAM sehingga sukses menghadirkan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) di kecamatan untuk pelayanan air minum bersih serta gerakan Jumat bersih.
Sementata selama menjadi Kabag Tapem Setda Manggarai, Karolus bersama tim berhasil menyelesaikan masalah tanah Nanga Banda di Reok, tanah kapela Nggorang, dan beberapa konflik tanah lainnya di Manggarai.
Kemudian, ia juga berhasil menghilangkan daerah kantong di Desa Bere, Desa Golo Ncuang, Desa Lalong, dan Gendang Sano di Kelurahan Pau.
Saat ini, Karolus sedang mendesain pembentukan lima kecamatan baru di Kabupaten Manggarai.
Bagi Karolus, diskusi yang menyebut namanya dalam ajang Pilkada Manggarai merupakan dinamika demokrasi yang patut dihargai. Sebab hal itu menunjukan kematangan masyarakat dalam berdemokrasi.
Sebagai seorang ASN ia tak menampik bahwa saat ini ia tetap fokus bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi selaku Kabag Tapem.
Sebab itu merupakan tanggung jawab moralnya terhadap bangsa dan negara, serta masyarakat.
Dalam konteks Pilkada Manggarai 2024, Karolus mengutip ‘filosofi air’. Bahwa biarlah semuanya mengalir tanpa henti, Tuhan sudah mendesain setiap individu akan menjadi siapa.**
Penulis: Heri Mandela