Ruteng, FN – Warga Gendang Mesir Hendrikus Sopan menyebutkan, setiap Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Soverdia selalu menyelipkan kata penolakan kehadiran geothermal di Wilayah Poco Leok, Satar Mese.
KSP Kopdit Spirit Soverdia ini diketuai oleh Pater Simon Suban Tukan, dan beralamat di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT.
“Pater Simon juga pernah Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi miliknya persis tahun 2020 dan 2021, kebetulan saya sampai hari ini saya tidak masuk dalam anggota koperasinya. Tapi beberapa kali saya selalu hadir baik secara pribadi maupun sebagai staf desa untuk menghadiri RAT atau evaluasi tahunan mereka. Dalam RAT tersebut satu kata kunci yang mereka selipkan pada poin terakhir yakni program geothermal Poco Leok itu masyarakat dan semua gendang diminta untuk menolak kehadiran geothermal itu,” kata Hendrikus kepada wartawan.
Ia mengaku bahwa, saat menyentil soal agenda penolakan geothermal, pihaknya dengan tegas membantah, karena membahas agenda diluar RAT yang sebenarnya.
“Waktu itu saya sendiri bantah terkait agenda yang mereka bawakan dalam RAT tersebut yang membicarakan geothermal,” ungkapnya.
Dikatakan Hendrikus, hal tersebut ia ketahui usai diajak oleh teman-temannya yang telah menjadi anggota koperasi sebelumnya.
“Saat itu saya diajak oleh teman-teman untuk ikut terkait bagaimana masuk dalam koperasi itu. Tapi saya tidak ikut bergabung sampai kapanpun,” tegasnya
Ia juga menyebut, setelah ibadah Pater Simon pernah berdiri di mimbar untuk mengajak umat, agar masyarakat harus menolak program geothermal yang ada di Poco Leok.
Alasan Diajak untuk Menolak
Hendrikus menyampaikan dalil dari agenda pembahasan penolakan geothermal tersebut, adalah karena kehadiran geothermal bisa menghilangkan ritus adat setempat
“Kenapa menolak? Waktu itu mereka beralasan karena dengan pemboran bisa menghilangkan Ritus Adat di Poco Leok. Kemudian dampak negatif dan menghilangkan soal ‘gendang one Lingko Peang khususnya yang kena dampak dari geothermal ini,” ujarnya.
Selain itu jelas Hendrikus, saat evaluasi tahunan, mereka juga menyelipkan untuk membuka video terkait kegiatan-kegiatan geothermal dan kegiatan lain yang berkaitan dengan panas bumi.
“Dari video itu mereka putar yang sebatas negatif, sehingga dalam benak saya dan masyarakat bahwa kegiatan geothermal ini adalah kegiatan yang merusak lingkungan dan itu menurut mereka. Tapi secara pribadi saya melihat video itu hanya tanahnya negatif saja sedangkan yang positif mereka tidak ada,” tandasnya.
Sementara Pater Simon Suban Tukan, SVD mengatakan, selama ini lembaga yang dipimpinnya itu memang melakukan kegiatan bersama warga di Lungar dan sekitarnya.
“Termasuk pendampingan terhadap warga yang merasa haknya diambil sewenang-wenang oleh pihak lain,” ungkap Pater Simon kepada media Floresa.co yang ditayang pada 22 Juli 2023 lalu.
Soal tudingan menjadi dalang atau provokator perlawanan warga terhadap proyek geothermal, ia mengatakan”silahkan saja” dan “itu pemahaman mereka.”
“Tidak perlu ditanggapi, biarkan waktu yang akan menjawabnya,” katanya.
Sebagai bahan informasi, proses Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu unit 5-6 berkapasitas 2×20 Megawatt (MW) di wilayah Poco Leok, Satar Mese, Kabupaten Manggarai, NTT, oleh PT PLN (Persero) melalui Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra) hingga kini telah memasuki tahapan pelaksanaan. (TIm FN)