Catatan: tulisan ini sebagai sebuah refleksi atas perjalanan politik seorang Herybertus Geradus Laju Nabit atau yang akrab dengan nama Hery Nabit. Redaksi menurunkan tulisan ssbagai kado ulang tahun bagi bupati terpilih Manggarai periode 2024-2029.
Tulisan ini jauh dari sempurna, apalagi nama sang isteri Meldy Hagur Nabit tidak disertakan begitu detail dalam tulisan ini. Redaksi berkeyakinan bahwa di belakang suami yang sukses pasti ada isteri yang hebat.
Walau dengan penuh keyakina bahwa figur yang sering berhadapan dengan tim di berbagai tingkat adalah sang isteri yang energik dan paham dengan kerja politik.
Tulisan ini berasal dari obrolan dengan sejumlah orang termasuk Mathias Mboi, kerabat terdekat Hery Nabit.
Sekali lagi mohon maaf atas kekurangan dari tulisan ini. Selamat membaca.
***
Tiga kali melawan petahana
Pada setiap kampanye di Pilkada tahun 2024 lalu, ada kalimat yang disering disampaikan Hery Nabit: “Pilkada tahun 2024 ini adalah kali ke empat saya ikuti… ” Ucapan itu diikuti dengan kalimat susulan yang membuat pendukungnya tertawa karena benar adanya.
Memang apa yang disampaikan itu benar adanya, sehingga pada akhirnya bisa diambil kesimpulan bahwa seorang Hery Nabit dan isteri tercinta Meldy Hagur Nabit telah memahami seperti apa rimba politik di Manggarai.
Hery Nabit mengikuti Pilkada atau menjadi kontestan di Pilkada Manggarai sejak berusia 34 tahun. Pilkada pertama yang diikutinya adalah Pilkada langsung yang ke dua setelah tahun 2005.
Pilkada pertama Manggarai tahun 2005 telah berhasil membuat pasangan Christian Rotok-Alm. Deno Kamelus atau yang dikenal dengan akronim CREDO menjadi bupati-wakil bupati Manggarai periode 2005-2010.
Saat hingar-bingar Pilkada pertama itu, Hery Nabit adalah seorang staf biasa di lingkup Pemkab Manggarai.
Usai Pilkada, pada tahun 2006-2007 Hery Nabit melanjutkan pendidikan S2 di Institute of Social Studies – Den Haag, Belanda, sebuah negera demokratis di dunia.
Seorang Hery Nabit yang masih berusia sangat muda sekitar 31 tahun pulang ke Manggarai dengan berbagai ilmu dan pengalaman di negeri Belanda.
Idealisme-nya sebagai seorang pemuda sangat menginspirasinya untuk berpolitik dengan melihat realita politik di Indonesia khususnya di Manggarai yang pekat dengan nuansa senioritas.
Sebagai seorang pemuda, Hery Nabit gelisah dengan kenyataan itu sehingga di tahun 2010 saat usianya 34 tahun dia berani menyatakan diri untuk maju menjadi calon bupati.
Dia berani membongkar sekat politik ‘primordial’ senioritas dan menggandeng seorang yang bisa mewakili perempuan muda saat itu, Dr. Yustina Ndung.
Pilkada tahun 2010 bagi Hery Nabit dan Yustina Ndung atau yang dikenal dengan akronim paket NAUN adalah peletak dasar atau tonggak perjuangan kaum muda di Manggarai.
Paket NAUN bersama barisan kaum muda Manggarai tidak sekedar melawan para senior di tubuh pemerintah dari sisi pengalaman kerja di birokrasi, tetapi juga melawan petahana yang dinilai masyarakat sudah berbuat banyak untuk Manggarai yaitu paket CREDO.
Seorang Hery Nabit berani menabrak terori modalitas politik sosiolog Kacung Marijan bahwa untuk maju di Pilkada langsung, seseorang harus memiliki tiga modal utama (Kacung Marijan; 2006). Tiga modal itu modal sosial (social capital), modal politik (polical capital) dan modal ekonomi (economical capital). Saat itu petahana memiliki segala-galanya.
Secara sosial, politik dan ekonomi, Hery Nabit dianggap sebagai ata koe wara (anak bau kencur), belum cukup berpengalaman di birokrasi, dan sebagainya. Penilaian tersebut bukan saja datang dari para senior-seniornya di birokrasi tapi juga lahir terucap dari rekan-rekan seusianya yang masih phobia dengan munculnya calon pemimpin seusia mereka.
Benar-benar perjuangan yang berat karena selain melawan petahana, seorang Hery Nabit juga melawan orang-orang yang memiliki modal politik dan sosial bahkan modal ekonomi. Rival Hery Nabit saat itu mulai dari mantan penjabat bupati/mantan Sekda seperti Frans B. Paju Leok; mantan Kadis/Pejabat struktur pemerintahan seperti Yos Darung Maru, Ferdi Lehot, dokter Herman Man (alm), Valentinus Gampur (alm), Viktor Selamet; ada juga dosen senior Undana Kupang Aloysius Sukardan; dan mantan anggota DPRD Kabupaten Manggarai. Sementara Hery Nabit adalah seorang staf di lingkup Pemkab Manggarai.
Pilkada tahun 2010 diikuti oleh 9 paket dan dari hasil perjuangan yang luar biasa, Paket NAUN berada diurutan ke lima dalam memperoleh suara yaitu sebanyak 10.848.
Meski kalah dalam pertarungan tersebut, alhasil Hery Nabit semakin kuat niatnya untuk merebut kepemimpinan di Manggarai dengan mengikuti konstelasi pilkada Manggarai 2015 – 2020. Lagi-lagi melawan petahana dua periode wakil bupati yaitu alm. Deno Kamelus.
Pada saat itu Hery sudah semakin matang dan memilih jalur dukungan partai politik sebagai kendaraan politiknya. Jadilah Hery Nabit secara resmi menjadi politisi dengan bergabung dalam barisan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Kerja-kerja politik Hery Nabit pada saat itu semakin terukur dan mampu mengkosolidasikan dukungan dari berbagai partai politik besar lainnya seperti Nasdem, PKB, Golkar, Hanura serta PDIP itu sendiri sebagai rumah politiknya.
Sementara lawannya alm. Deno Kamelus bersama pasangannya, Viktor Madur didukung partai PAN, Gerindra, PKS, Demokrat.
Lagi-lagi Hery Nabit bersama pasangannya Adolfus Gabur kalah hanya dengan selisih 1.800-an suara.
Kekalahan yang terbilang sangat tipis tersebut semakin membuat Hery Nabit bergelora penuh percaya diri untuk kembali maju yang ketiga kalinya sebagai calon bupati pada tahun 2020 dengan menggandeng Heri Ngabut sebagai Wakil Bupati. Pertarungan pilkada Manggarai 2020 tersebut kembali digelar dengan dua pasangan calon atau head to head melawan petahana (incumbent).
Pada Pilkada tahun 2020,Hery Nabit didukung oleh PDIP, Golkar, PKB, Gerindra, PKS, dan Hanura sedang Kamelus Deno didukung oleh 3 partai yaitu PAN, Demokrat dan Nasdem.
Pertarungan politik pilkada Manggarai berlangsung sangat kompetitif karena melawan pasangan incumbent yang lengkap tetapi kada akhirnya dimenangkan oleh Hery Nabit bersama pasangannya dengan selisih suara yang sangat signifikan yaitu 36.000 an suara.
Dan akhirnya perjuangan yang begitu panjang telah mewujudkan cita-cita politik Hery Nabit sebagai Bupati Manggarai 2020 – 2025 setelah dua kali mengalami kekalahan.
Selalu Bersama Orang Muda
Kiprah politik Hery Nabit dalam Pilkada Manggarai sejak tahun 2010, selalu bersama orang muda.
Hery Nabit dan Yustina Ndung berhasil membongkar kebekuan atau stigma terhadap kaum muda Manggarai.
Saat itu mereka berdua berkolaborasi sebagai orang muda dan perempuan pertama yang berani maju sebagai calon Bupati pada saat itu. Mereka mengusung tagline “Orang Muda Bisa, Perempuan Bangkit”.
Sekali lagi jadilah Hery Nabit dan Yustina Ndung sebagai pendobrak kebuntuan cara berpikir Masyarakat pada umumnya pada saat itu.
Setelah melakukan konsolidasi orang-orang muda yang terafiliasi dalam organisasi pergerakan orang muda seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang pada saat itu dinakhodai oleh Yoakim Jehati serta alumni-alumninya seperti Alfan Manah Fortunatus, Anno Parman dan lain-lain. Dari barisan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang dinakhodai oleh Sebastian Hanu serta anggota-anggotanya seperti Elvis Yunani Ontas, Frans Jehoda dan lain-lain.
Dengan modal semangat sebagai kaum pergerakan pencalonan Hery Nabit-Yustina Ndung berjalan secara massif di seluruh Manggarai.
Sebagai penantang baru dan masih muda, Hery Nabit dan seluruh timnya turun ke setiap pelosok kampung memobilisasi gagasan dan ide.
Mereka menawarkan posisi politiknya dengan mengedepankan kesantunan, gagasan politik sebagai orang muda serta cara-cara baru bila menjadi pemimpin Manggarai. Gagasan-gagasan tersebut diformulasikan dengan brand “Pemimpin Baru, Terobosan Baru dan Cara Baru”.
Konsep tersebut digerakan oleh orang-orang muda langsung turun ke semua kampung, bertemu semua lapisan masyarakat tanpa perduli mereka suka/setuju atau tidak. Hery Nabit bersama barisan orang muda yang setia bersamanya terus menggaungkan semangat kebangkitan orang muda dan perempuan, dimana-mana.
Memasuki Pilkada tahun 2015, Hery Nabit tidak meninggalkan kaum muda. Bahkan militansi kaum muda semakin luar biasa.
Militansi mereka tersebut membuat lawan kewalahan karena hasilnya sangat menakjubkan yaitu selisih di sekitar 1.800 suara melawan pertahana dengan gerbong-nya yang bukan kaleng-kaleng. Akhirnya Hery Nabit harus mengakui keunggulan petahana walau unggul sedikit.
Dalam catatan Redaksi, keunggulan petahana karena faktor X saja, karena ada intervensi kekuatan dan cara tertentu untuk mengalahkan Hery Nabit di Pilkada.
Tak patah arang dan sudah paham dengan rimba politik Manggarai, selanjutnya Hery Nabit maju di Pilkada Manggarai tahun 2020. Berbekal dua kali mengikuti Pilkada dan dua kali menghadapi petahana akhirnya Hery Nabit maju lagi untuk menjadi calon bupati.
Desakan berbagai pihak termasuk kelompok muda akhirnya dia mengatakan, siap maju.
Pada Pilkada tahun 2020, kekuatan kaum muda termasuk kaum milenial diwadahkan secara terstruktur sampai tingkat bawah.
Pembentukan Laskar 88 ditambah elemen lainnya dari kaum perempuan “Weta de Hery-Heri” membuat langkah Hery Nabit menjadi bupati Manggarai semakin yakin.
Akhirnya perjuangan Hery Nabit bersama kaum muda dan perempuan Manggarai membuahkan hasil yaitu mencapai kemenangan yang luar biasa di tahun 2020. Selisih suara dengan petahana mencapai angka 36 ribu lebih. Lagi-lagi ini berkat kerja keras bersama kaum muda dan kaum perempuan Manggarai.
Pada Pilkada tahun 2024, kaum muda dan kaum perempuan Manggarai tidak meninggalkan Hery Nabit yang berpasangan dengan Fabianus Abu.
Kaum muda Manggarai mengorganisasikan diri ke dalam beberapa wadah seperti Konco 86, Squad 86, Brigade 86 Pantai Utara (Pantura), Laskar Pantai Selatan, Jawara 86 dan lain-lain.
Sementara di barisan kaum perempuan terdapat sejumlah kelompok seperti Kartini 86, Relawan Perempuan, Srikandi 86 dan lain-lain.
Saat Pilkada 2024, Paslon Hery-Fabi unggul dengan 43 persen suara atas dua pasangan lainnya yaitu Paslon Ngkeros Maksimus-Marianus Ronald Susilo, dan Paslon Yohanes Halut-Thomas Dohu.
Pesan dan nilai-nilai semangat juang seorang Hery Nabit
Hery Nabit adalah wajah generasi modern Manggarai, generasi transisi antara generasi masa lalu dan generasi masa depan Manggarai. Dunia perpolitikan masa lalu Manggarai sarat dengan politik latarbelakang geopolitik bahkan klen tertentu. Setelah sekian tahun politik klen berubah menjadi politik holistik kemanggaraian yaitu politik figure meski acapkali masih terbersit politik klen tersebut.
Dari sisi perolehan suara sejak tahun 2015, 2020 dan 2024 menunjukkan bahwa perolehan suara di setiap kecamatan untuk Hery Nabit merata di setiap kecamatan.
Khusus untuk Pilkada tahun 2024 sekaligus mau mematahkan anggapan politik klen di Manggarai dan lebih mengutamakan politik figur.
Gaya politik Hery Nabit hari ini adalah transisi dari gaya politik latarbelakang klen menjadi politik ide dan gagasan. Hal ini bisa terlihat dari tagline-tagline yang digelorakan oleh Hery Nabit dari periode 2010, 2015, 2020 dan 2024 seperti tagline Orang Muda, Tagline Perubahan kemudian tagline “Tuntaskan” yang tentunya memiliki pesan sesuai kondisi existing kondisi kekinian Manggarai.
Akhrinya diujung tulisan ini, kami mengucapkan selamat Ulang Tahun yang ke 48 untuk Pak Hery Nabit. Tetap menjadi inspirator bagi kaum muda Manggarai.
Redaksi