Manggarai, FN – Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hadir di Ruteng melakukan pendampingan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk guru-guru di Kabupaten Manggarai, Kamis (14/3/2024).
Kegiatan yang berlangsung di SDK Ruteng IV itu dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan dan didampingi Widyaprada BPMP NTT Drs. Abdul Hamid, M.Pd.
Kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari dan melibatkan guru-guru PAUD, SD, SMP sampai SMA.
Pada kesempatan itu Widyaprada BPMP NTT, Drs. Abdul Hamid, M.Pd menyampaikan bahwa tema besar dari kegiatan ini adalah advokasi peningkatan progres belajar dan pemanfaatan perangkat ajar di Platform Merdeka Mengajar (PMM) serta aktivitas komunitas pelajar dalam sekolah bagi dinas pendidikan dan satuan pendidikan pelaksanaan IKM.
Saat ini, kata Abdul, BPMP hadir untuk memberi ilmu dan praktik yang bermanfaat bagi lembaga sekolah di Manggarai dalam pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang kiranya dapat berjalan dengan baik dari waktu ke waktu.
Menurutnya, tujuan dari kegiatan ini adalah bagian dari upaya BPMP NTT agar bagaimana nantinya setiap sekolah di Manggarai mempunyai komunitas belajar sendiri dan bisa mengimplementasikannya ke sekolah lain.
“Jadi ada saling berbagi tentang apa yang dimiliki oleh sebuah sekolah, artinya bagaimana perkembangan kurikulum merdeka, bagaimana modul ajarnya. Itu nanti mereka akan berbagi” jelas Abdul.
Lebih lanjut ia menjelaskan, PMM ada sebagai bentuk bantuan belajar mandiri serta dilengkapi fitur uji pemahaman dan implementasi konsep dalam aksi nyata.
“PMM ini kan banyak fitur-fiturnya. Nah bagaimana nanti mereka memanfaatkan fitur yang ada disitu terutama belajar mandiri dan bagaimana menyusun modul ajar. Itu semua ada dan lengkap dalam PMM” tutur Abdul.
Ia pun menyebut bahwa pemanfaatan PMM di Manggarai masih cukup rendah terutama pada komunitas belajar dan belajar mandiri. Hanya sebatas lihat keluar tidak baca materi.
Karena itu pihaknya berharap agar kehadiran PMM di Manggarai dapat memperluas lagi kesempatan belajar mandiri secara kolaboratif.
Abdul juga menambahkan, selain menggelar kegiatan pendampingan pemanfaatan PMM, pihak BPMP NTT juga melakukan kegiatan advokasi di Dinas PPO Kabupaten Manggarai yang meliputi beberapa item kegiatan, yakni
1. Pengangkatan guru penggerak menjadi kepala sekolah dan pengawas sekolah
2. Pelaksanaan dan penerimaan peserta didik baru
3. Tim pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan.
4. Pendampingan kebijakan produk pembelajaran transisi PAUD – SD
5. Pemanfaatan PMM dan aktivitas Kombel dalam sekolah
6. Kebijakan layanan pendidikan inklusi kepada pemerintah daerah
7. DAK fisik
Sementara itu Kepala Dinas PPO Kabupaten Manggarai, Wensislaus Sedan dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan pendampingan pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk para guru di Manggarai sangatlah penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Ia berharap para guru yang mengikuti kegiatan ini dapat menjadi penggerak utama atau pemberi pemantik karena saat ini tidak no action lagi, harusnya by action atau aksi nyata.
Untuk para guru penggerak di Manggarai, ia mengajak untuk ikut membantu cara pandang dan emosi karena dalam kegiatan pendampingan pemanfaatan PMM ini semua hal itu akan dikontrol.
“Banyak hal-hal baik yang yang kita dapat dalam kegiatan ini untuk kemudian kembali ke diri kita masing-masing. Saat ini pemerintah sudah sangat baik memfasilitasi kita untuk terus melakukan pengembangan diri melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar” kata Wensislaus.
Dalam Platform Merdeka Mengajar, kata Wensislaus, ada akun belajar yang ikut masuk. Kalau semua guru sudah punya akun belajar maka itu dapat membantu guru untuk berekspresi melakukan pengembangan diri secara mandiri.
Wensislaus menambahkan, dalam aktivitas PMM semua guru bisa melakukan pembaharuan agar bisa tampil di hadapan peserta didik sebagai The Best Teacher. Artinya setiap hari para guru bisa mendapatkan inovasi yang dibagi oleh guru-guru di Indonesia.
Para guru hanya diminta untuk punya kemampuan menjelajah.
Ia berharap agar para guru sadar bahwa setiap tantangan itu harus menjadi sebuah akses baru agar bisa belajar lebih baik.
“Belajar untuk bagaimana menguatkan pemahaman kita tentang penampilan kita dihadapan peserta didik bahwa betul kita mau melayani tuntutan belajar yang berpusat pada murid” tutur Wensislaus.
Penulis: Albertus Frederiko Davids